Resensi Buku: The Lost Symbol by Dan Brown
Judul Buku : The Lost Symbol
Penulis Buku : Dan Brown
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penyunting : Esti B. Habsari dan Andityas PrabantoroPemeriksa aksara : Deddy S.
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun terbit : Januari 2010 (cetakan pertama)
Tebal buku : 712 halaman
ISBN : 978-979-1227-86-5
Sinopsis
Robert Langdon secara mendadak diundang oleh Peter Solomon pergi ke Washington DC, menjadi pembicara dalam pesta yang dirayakan di Gedung Capitol oleh para petinggi Kelompok Persaudaraan Rahasia Freemason.
Dijadwalkan untuk hadir dalam 12 jam berikutnya, Robert Langdon bergegas menuju Gedung Capitol di Washington, DC menaiki jet pribadi Peter Solomon. Tiba di ruangan tempat pesta dilangsungkan, Langdon terkejut, ruangan kosong melompong, tak seperti yang dibayangkannya.
Lalu terpikirkan oleh Langdon untuk pergi ke aula besar lain di Gedung Capitol yang sering digunakan untuk sebuah acara, Rotunda.
Di dalam Rotunda Gedung Capitol, tetap tak ada tanda-tanda dilangsungkannya sebuah pesta. Hanya terlihat beberapa turis dan pengunjung yang sibuk mengamati interior dari Rotunda. Tanpa peringatan, seorang anak berteriak histeris dan perhatian Langdon teralihkan.
Sekejap, Langdon tahu apa yang menyebabkan anak kecil itu berteriak. Sebuah tangan terpenggal yang ditancapkan di atas papan kayu berpaku, tergeletak di tengah-tengah
Rotunda....
Pendapat pribadi mengenai buku
Di buku kali ini, Dan Brown mengangkat isu-isu kontroversial mengenai Persaudaraan Freemason. Sudah sejak lama, organisasi ini menjadi perbincangan banyak orang di berbagai belahan dunia. Ada yang bilang bahwa kelompok persaudaran ini merupakan ajaran sesat yang melenceng dari ajaran agama, karena praktik-praktik ritualnya yang aneh dan menyeramkan. Persaudaraan Freemason berkaitan dengan rencana Tatanan Dunia Baru atau yang kita kenal sebagai New World Order. Teori konspirasi mengatakan bahwa Freemason memiliki kebijakan-kebijakan rahasia yang sudah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu.
Banyak pemikir dan penemu hebat dalam sejarah manusia yang tergabung dalam kelompok persaudaraan Freemason atau semacamnya, seperti Rosicrucian dan Royal Society of London. Sebut saja George Washington yang merupakan Bapak Pendiri Bangsa Amerika, Pierre Charles L'Enfant adalah arsitektur kota Washington DC, lalu Isaac Newton penemu berjasa besar dalam dunia Fisika dan Filsafat Alam.
Membahas mengenai Freemason, saya rasa tepat sekali kalau Dan Brown menyetting tempat cerita di Washington DC. Di kota ini, tersebar banyak sekali bukti-bukti dari eksistensi Freemason sejak dulu kala. Mulai dari yang paling terkenal, Monumen Washington berbentuk obelisk yang berkaitan erat dengan peradaban kuno di Mesir. Dikatakan bahwa pada awalnya Freemason terbentuk dari para tukang batu yang membangun piramida di Mesir, sehingga seringkali arsitektur bangunan Mason diadaptasi dari kebudayaan Mesir. Lalu ada George Washington Masonic National Memorial, di Alexandria, yang secara gamblang menyatakan eksistensi Mason. The House of The Temple, terdapat pilar-pilar khas arsitektur Yunani dan juga atasnya berupa Piramida Terpancung, simbol umum Freemason. Di Freedom Plaza teradapat lambang magis yaitu Piramida Terpancung dengan All Seeing Eye yang bersinar diatasnya lengkap dengan semboyan Annuit Coeptis dan Novus Ordo Seclorum.
Kelebihan dan Kekurangan Buku
Kelebihan
Menurut saya, sampul buku ini sangat menarik. Terlihat sebuah manuskrip tua yang dihiasi oleh berbagai simbol kuno dan mistis. Robekan di tengahnya, menampilkan potret keagungan Gedung Capitol sebagai jantung dari Amerika Serikat. Di atas potret, tersampir sebuah cap lilin merah bersimbol derajat tertinggi dari Kelompok Persaudaraan Rahasia Freemason. Dari sampul yang unik, minat untuk membaca buku ini bisa meningkat.
Plot yang disuguhkan oleh Dan Brown membuat saya pribadi hanyut dalam alur cerita. Walaupun banyak sekali halamannya, tidak membuat saya berhenti membaca. Secara bergantian Dan Brown memunculkan sudut pandang dari masing-masing tokoh untuk mengungkap fakta dari sudut pandang suatu tokoh.
Berkat kesuksesan novel sebelumnya, yaitu The Da Vinci Code, nama Dan Brown melejit dan sekarang sudah bisa disejajarkan dengan penulis novel terkenal lain seperti J.K Rowling dan Stephen King. Oleh karena itu, banyak pembaca yang tertarik dengan novel dan ingin membelinya.
Banyak informasi-informasi menarik mengenai karya-karya dan bangunan legendaris yang dicantumkan oleh Dan Brown, sehingga lebih banyak pembaca yang mulai tahu dan mengapresiasi karya seni. Saat saya membaca, jujur saja saya masih begitu awam dengan hal-hal yang ada dalam novel, sehingga untuk menambah pemahaman saya dalam mengerti apa yang sebenarnya Dan Brown ingin ungkapkan, saya mencari gambar karya seni dan bangunan tersebut. Seperti lukisan "Melencolia I" karya Albrecht Durer, lukisan dinding fenomenal di atas kubah Rotunda yaitu "The Apotheosis of Washington" karya Constantino Brumidi, dan Katedral Nasional Washington.
Dan Brown sangat piawai dalam menghubungkan satu fakta dengan imajinasinya sehingga bisa membuat hal tersebut menjadi sesuatu yang masuk akal.
Kekurangan
Menurut saya pribadi, penggambaran yang dipaparkan oleh Dan Brown khususnya mengenai Ilmu Noetic agak rumit. Pasalnya hal itu asing di telinga saya, sebenarnya saya kurang bisa menangkap apa yang dimaksud oleh Dan Brown.
Untuk penggila novel Dan Brown, novel dengan halaman tebal mungkin sudah biasa. Tetapi bagi pembaca baru yang melihat tebalnya Novel Dan Brown, mereka langsung geleng-geleng kepala,
Kesimpulan
Dari apa yang sudah saya paparkan diatas, bisa diambil kesimpulan kalau novel ini lebih ditujukan untuk kalangan remaja ke atas. Konten buku ini terlalu berat untuk dibaca anak-anak kecil. Selain itu buku ini sangat saya rekomendasikan bagi orang-orang yang sangat menyukai teori konspirasi, sejarah, abad-abad pertengahan, Freemason, hal-hal berbau mistis dan magis, seperti pemuas hasrat ibaratnya.
Komentar
Posting Komentar