Semacam Cerita Liburan.....
Semacam Cerita Liburan....
Horeeeeee!!! Sabtu, 30 Juni 2018 kemarin, sekolah ku resmi meliburkan para
warganya sekaligus mengakhiri tahun ajaran 2017/2018. Tentunya hal tersebut disambut dengan sorak sorai dan suka cita oleh kita semua.
Sebelumnya, sekolah juga sudah meliburkan kita. Pertama, mengawali jalannya minggu pertama di bulan Ramadhan dan apesnya kita kebagian untuk menjalani UKK saat sedang berpuasa. Mungkin terbayang yahh, bagaimana kita harus tetap fokus dan berkonsentrasi untuk mengerjakan ujian walaupun dalam kondisi lapar dan haus ditambah menahan godaan hawa nafsu untuk nyontek :).
Kedua, menuju hari kemenangan umat islam atau bisa disebut libur lebaran. Yak pemerintah juga sudah menetapkan bahwa libur lebaran diperpanjang sebanyak 7 hari. Aku mau cerita sedikit nih tentang lebaranku tahun ini. Ritual hari pertama lebaran, biasanya aku solat Eid bareng keluarga di masjid langganan, Masjid Agung Sunda Kelapa. Banyak teman sekolah ku yang tinggal di daerah pusat, jadi kadang-kadang ketemu satu-dua orang teman disini. Ramai sekali lho jamaahnya, ditambah banyak penjual makanan serta minuman. Jadi jika lapar menyergap seusai solat Eid, jangan panik yaa..... Pulang dari masjid membawa empat bungkus sate padang, aku bermaaf-maafan dulu dengan keluarga sebelum kita masuk sesi makan bersama. Saat siang mulai menjelang, satu persatu saudara dari ibuku mulai berdatangan. Mencicipi kue lebaran, berbagi tunjangan hari raya menjadi kegiatan bersama yang tak boleh dilewatkan. Sore hari, masing-masing saudara dari keluarga ibuku mohon pamit untuk melanjutkan acara bersilaturahmi di kediaman lain. Akupun begitu, setelah semua undur diri, giliran keluarga ku yang pergi untuk menyambangi kediaman nenek dari keluarga ayahku. Dan pulang ke rumah lagi setelah solat Maghrib berjamaah. Mudik, mudik,mudik, waktunya kita mudikk. Banyak warga Jakarta yang pulang kampung nih, Jakarta jadi sepi sekalii. Tahun ini, aku ga mudik ke kampung halaman, melainkan pergi ke Jogjaaa.
Ayahku memantau terus arus mudik , dan memutuskan untuk memulai perjalanan sekitar 4 hari setelah lebaran. Malam hari, kami berangkat menuju tol dan untungnya tidak macet sama sekali. Dalam keadaan mengantuk, aku dan adik tertidur. Esok harinya tahu-tahu kami sudah melewati kota Semarang dan sedang berada di rest area. Menjelang waktu Ashar, sampai juga kami di Jogja dan langsung beristirahat tempat kami bermalam.
Berwisata kuliner menjadi populer di sini. Serentetan tempat kuliner terkenal berusaha kami datangi satu persatu. Mulai dari Soto Kadipiro , Il Tempo De Gelato yang tempatnya unik dan gelato-nya juara, Gudeg Yu Djum yang endesss.., Pecel dekat UGM yang maknyuss, dan berbagai kuliner lain yang tak kalah menyenangkan hati dan perut. Dan seperti itulah sedikit cerita liburan ke yang kedua.
Nah yang ketiga ini, aku ga pergi kemana-mana, hanya berisitirahat di Jakarta. Berhubung euforia Piala Dunia masih berlangsung, minggu-minggu ini kumanfaatkan untuk nonton Piala Dunia bareng keluarga. Kebetulan aku ini menjagokan Prancis setelah Spanyol tereliminasi dan dilalanya Prancis bisa masuk Final. Institut Prancis Indonesia menyediakan fasilitas untuk nonton bareng final, aku mau banget bisa ikut. Sayangnya aku sama keluarga telat dateng ke sana, sementara kondisi di depan pintu masuk sudah benar-benar ramai akan penonton. Pintu masuk hanya satu, sekalinya masuk hanya diperbolehkan maksimal tiga orang, itupun masih harus melewati serangkaian pemeriksaanyang lama kelamaan menyebabkan kericuhan. Dorong-dorongan dan teriakan sempat terjadi beberapa saat kemudian. Tak hanya orang Indonesia, orang asing pun turut ingin merasakan nontong bareng.
Mungkin dirasa telah melebihi kuota maksimum, pak satpam menginformasikan bahwa tempat sudah penuh, dan tak mungkin lagi untuk memasukkan lebih banyak orang. Bukan orang Indonesia kalau tidak ngotot, mereka tetap setia berdiri di depan, berharap masih diperbolehkan masuk ke dalam. Pengorbanan menunggu tidak digubris, penonton mulai kecewa dan satu persatu memilih mundur untuk mencari tempat yang lain, ya kurang lebih sama seperti keluargaku. Kita putuskan untuk menonton di rumah saja, walaupun tidak akan meriah.
Pertandingan selama 90 menit berjalan seru dan menegangkan. Prancis menorehkan gol pertamanya lewat gol bunuh diri Mandzukic yang salah mengantisipasi tendangan bebas dari Antoine Griezmann, tepat saat aku menyalakan TV. Teriak memecah keheningan kamar dan kami bergembira karenanya. Tak mau menyerah, Kroasia langsung membangun serangan cepat lalu lewat tendangan kiri Ivan Perisic, Kroasia mampu mengoyak gawang kawalan Hugo Lloris. Skor imbang untuk keduanya. Keberuntungan kemudian mendatangi Prancis saat Perisic mengenai bola dengan telapak tangannya dalam kotak penalti, saat berusaha untuk melindungi gawang Kroasia dari sepak pojok Prancis. Para pemain Prancis langsung mengisyaratkan gestur hand-ball pada wasit dan wasit memutuskan untuk menilik kembali cuplikan kejadian lewat layar VAR. Cukup lama bagi wasit Nestor Pitana dalam memutuskan pemberian penalti untuk Prancis. Terlihat dari TV bahwa secercah senyum dan harapan terpancar dari kubu Prancis. Antoine Griezmann ditunjuk menjadi algojo dan tanpa banyak cing-cong memberikan keunggulan 2-1 untuk Prancis sekaligus menjadi gol terakhir yang terjadi di babak pertama.
Awal babak kedua, gol belum tercipta dari kedua kubu. Baru setelah 14 menit, tendangan maut Paul Pogba gagal ditepis kiper Kroasia dan kedudukan menjadi 3-1 untuk Prancis. Kylian Mbappe yang menjadi pemain termuda di Piala Dunia kali ini, juga memberikan sumbangan gol untuk Prancis lewat tendangan jarak jauhnya yang mematikan pada menit ke-65. Sorak sorai para pendukung Prancis bergemuruh dan menggema di Stadion Luzhniki, merasakan kemenangan yang sebentar lagi berada dalam genggaman. Meskipun telah tertinggal 3 bola jauhnya, Kroasia tetap memberikan tekanan pada Perancis, terbukti saat gawang Prancis kembali kebobolan akibat blunder dari Hugo Lloris yang berhasil dimanfaatkan oleh Mandzukic. Pertandingan berakhir dengan skor 4-2 dan kemenangan untuk Prancis.
Setelah puasa gelar dalam 4x pagelaran Piala Dunia semenjak kemenangan pertama mereka di tahun 1998, akhirnya Perancis dapat kembali mengangkat Trofi Jules Rimet di Russia. Presiden Prancis, Emmanuel Macron pasti akan sangat berbangga atas prestasi yang diraih oleh tim sepak bola nasionalnya. Didier Deschamps berhasil menahkodai timnas Perancis. Akhir cerita saya mengucapakan selamat untuk Perancis dan tetap tegar untuk Kroasia....
P.S : Ngomong-ngomong besoknya udah masuk sekolah :D
Ayahku memantau terus arus mudik , dan memutuskan untuk memulai perjalanan sekitar 4 hari setelah lebaran. Malam hari, kami berangkat menuju tol dan untungnya tidak macet sama sekali. Dalam keadaan mengantuk, aku dan adik tertidur. Esok harinya tahu-tahu kami sudah melewati kota Semarang dan sedang berada di rest area. Menjelang waktu Ashar, sampai juga kami di Jogja dan langsung beristirahat tempat kami bermalam.
Berwisata kuliner menjadi populer di sini. Serentetan tempat kuliner terkenal berusaha kami datangi satu persatu. Mulai dari Soto Kadipiro , Il Tempo De Gelato yang tempatnya unik dan gelato-nya juara, Gudeg Yu Djum yang endesss.., Pecel dekat UGM yang maknyuss, dan berbagai kuliner lain yang tak kalah menyenangkan hati dan perut. Dan seperti itulah sedikit cerita liburan ke yang kedua.
Nah yang ketiga ini, aku ga pergi kemana-mana, hanya berisitirahat di Jakarta. Berhubung euforia Piala Dunia masih berlangsung, minggu-minggu ini kumanfaatkan untuk nonton Piala Dunia bareng keluarga. Kebetulan aku ini menjagokan Prancis setelah Spanyol tereliminasi dan dilalanya Prancis bisa masuk Final. Institut Prancis Indonesia menyediakan fasilitas untuk nonton bareng final, aku mau banget bisa ikut. Sayangnya aku sama keluarga telat dateng ke sana, sementara kondisi di depan pintu masuk sudah benar-benar ramai akan penonton. Pintu masuk hanya satu, sekalinya masuk hanya diperbolehkan maksimal tiga orang, itupun masih harus melewati serangkaian pemeriksaanyang lama kelamaan menyebabkan kericuhan. Dorong-dorongan dan teriakan sempat terjadi beberapa saat kemudian. Tak hanya orang Indonesia, orang asing pun turut ingin merasakan nontong bareng.
Mungkin dirasa telah melebihi kuota maksimum, pak satpam menginformasikan bahwa tempat sudah penuh, dan tak mungkin lagi untuk memasukkan lebih banyak orang. Bukan orang Indonesia kalau tidak ngotot, mereka tetap setia berdiri di depan, berharap masih diperbolehkan masuk ke dalam. Pengorbanan menunggu tidak digubris, penonton mulai kecewa dan satu persatu memilih mundur untuk mencari tempat yang lain, ya kurang lebih sama seperti keluargaku. Kita putuskan untuk menonton di rumah saja, walaupun tidak akan meriah.
Pertandingan selama 90 menit berjalan seru dan menegangkan. Prancis menorehkan gol pertamanya lewat gol bunuh diri Mandzukic yang salah mengantisipasi tendangan bebas dari Antoine Griezmann, tepat saat aku menyalakan TV. Teriak memecah keheningan kamar dan kami bergembira karenanya. Tak mau menyerah, Kroasia langsung membangun serangan cepat lalu lewat tendangan kiri Ivan Perisic, Kroasia mampu mengoyak gawang kawalan Hugo Lloris. Skor imbang untuk keduanya. Keberuntungan kemudian mendatangi Prancis saat Perisic mengenai bola dengan telapak tangannya dalam kotak penalti, saat berusaha untuk melindungi gawang Kroasia dari sepak pojok Prancis. Para pemain Prancis langsung mengisyaratkan gestur hand-ball pada wasit dan wasit memutuskan untuk menilik kembali cuplikan kejadian lewat layar VAR. Cukup lama bagi wasit Nestor Pitana dalam memutuskan pemberian penalti untuk Prancis. Terlihat dari TV bahwa secercah senyum dan harapan terpancar dari kubu Prancis. Antoine Griezmann ditunjuk menjadi algojo dan tanpa banyak cing-cong memberikan keunggulan 2-1 untuk Prancis sekaligus menjadi gol terakhir yang terjadi di babak pertama.
Awal babak kedua, gol belum tercipta dari kedua kubu. Baru setelah 14 menit, tendangan maut Paul Pogba gagal ditepis kiper Kroasia dan kedudukan menjadi 3-1 untuk Prancis. Kylian Mbappe yang menjadi pemain termuda di Piala Dunia kali ini, juga memberikan sumbangan gol untuk Prancis lewat tendangan jarak jauhnya yang mematikan pada menit ke-65. Sorak sorai para pendukung Prancis bergemuruh dan menggema di Stadion Luzhniki, merasakan kemenangan yang sebentar lagi berada dalam genggaman. Meskipun telah tertinggal 3 bola jauhnya, Kroasia tetap memberikan tekanan pada Perancis, terbukti saat gawang Prancis kembali kebobolan akibat blunder dari Hugo Lloris yang berhasil dimanfaatkan oleh Mandzukic. Pertandingan berakhir dengan skor 4-2 dan kemenangan untuk Prancis.
Setelah puasa gelar dalam 4x pagelaran Piala Dunia semenjak kemenangan pertama mereka di tahun 1998, akhirnya Perancis dapat kembali mengangkat Trofi Jules Rimet di Russia. Presiden Prancis, Emmanuel Macron pasti akan sangat berbangga atas prestasi yang diraih oleh tim sepak bola nasionalnya. Didier Deschamps berhasil menahkodai timnas Perancis. Akhir cerita saya mengucapakan selamat untuk Perancis dan tetap tegar untuk Kroasia....
P.S : Ngomong-ngomong besoknya udah masuk sekolah :D
wow! sangat menyenangkan ya.... :))))
BalasHapus